Opini: Nai Ca Anggit Tuka Ca Leleng


Oleh: Lastika Dasul, Siswi SMAN Plus Kopi Colol


SMAN Plus Kopi Colol-Pada umumunya masyarakat Manggarai, Flores NTT, memiliki sastra lisan berupa ungkapan khas (goet) yang unik. Goet mengandung kekayaan makna serta arti yang mendalam bagi kehidupan bermasyarakat. Ungkapan-ungkapan itu dikenal dan dipakai oleh semua orang Manggarai dalam seluruh lika-liku kehidupannya. Masyarakat Manggarai sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam ungkapan-ungkapan itu sebagai patokan moral dalam kehidupannya.

Salah satu ungkapan itu adalah “Nai ca anggit, tuka ca leleng”. Ungkapan ini lahir sebagai jawaban atas pelbagai perselisihan dan pertengkaran yang sering terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat Manggarai. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Manggarai sering kali berselisih dan berkonflik karena pelbagai alasan baik alasan sosial budaya, sosial religius maupun sosial politik. Konflik bukan hanya terjadi saat ini, pada zaman dahulu banyak terjadi perang tanding atau perang suku karena adanya pembagian tanah milik atau harta warisan yang tidak merata. Hal ini membuat kehidupan masyarakat menjadi kurang harmonis dan penuh dengan perasaan dengki satu sama lain.

“Nai Ca Anggit Tuka Ca Leleng” merupakan ungkapan bahasa Manggarai yang terdiri atas enam kata dan dua frasa. Frasa pertama terdiri atas kata Nai berarti nafas, Ca berarti satu dan Anggit bererti ikatan atau pengikat. ''Nai Ca Anggit'' berarti nafas dalam satu ikatan. Frasa kedua terdiri atas kata Tuka yang berarti perut, Ca berarti satu dan kata leleng yang berarti satu kesatuan, pengikat. ''Tuka Ca Leleng'' berarti lahir satu perut yang sama. Dalam kebiasaan orang Manggarai menambahkan frasa ''Kudu Neka Woleng Wintuk'' (yang berarti jangan beda gerakan), sebagai penegasan.

Dalam praktiknya, pribahasa ini diberikan oleh orang tua sebagai nasihat agar anak-anaknya dalam hidup jangan ada pertengkaran atau berselisih pendapat tetapi selalu dan hendaklah membangun persaudaraan yang serasi dan kokoh. Slogan atau ungkapan ini merupakan warisan lisan dari tetua Manggarai tempo dulu untuk menjaga khasana budaya yang sopan, toleransi, serta saling menghargai satu sama lain. Lalu apa relevansi goet atau ungkapan ini untuk para pembaca?

Relevansi Goet “Nai Ca Anggit Tuka Ca Leleng”

Dalam setiap situasi konflik dan perpecahan, goet “Nai Ca Anggit, Tuka Ca Leleng” selalu menjadi pesan moral yang kembali menyatukan masyarakat Manggarai. Hal ini penting lita pelajari karena dewasa ini potensi konflik karena perbedaan pilihan politik, perbedaan agama, dan perbedaan ideology semakin sering terjadi. Berikut ini, penulis menjelaskan relevansi goet ini bagi kehidupan sehari-hari.

Pertama, ''Nai Ca Anggit'' sebagai  kesatuan nafas. Nafas adalah symbol kehidupan yang menjadi unsur penting kehidupan manusia. Dalam filosofi orang Manggarai kesatuan nafas berarti kesatuan dasar yang sudah melekat dalam diri manusia sejak lahir. Orang Manggarai percaya persatuan adalah berkat. Karena itu, perang atau konflik menjadi suatu mala petaka yang bisa menghancurkan keharmonisan hidup masyarakat. Jika hari ini kita sering bekonflik dan tidak mau berdamai hanya karena perbedaan pendapat atau perbedaan pilihan politik maka kita sebenarnya menyangkal jati diri sebagai orang Manggarai yang beradab.

Kedua, ''Tuka Ca Leleng'' sebagai satu keturunan atau satu darah. Masyarakat Manggarai percaya bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Kesatuan rahim yang di semboyankan dengan ''Tuka Ca Leleng'', merupakan turunan dari ''Nai Ca Anggit Tuka Ca Leleng'' sebagai cikal bakal terbentuknya masyarakat Manggarai. Keyakinan sebagai satu keturunan inilah yang menjadi pengikat atau penyatu masyarakat manggarai dari segala perpecahan. Walaupaun, dalam prakteknya pertentangan dan konflik paling kuat justru terjadi antara saudara/i sedarah atau seturunan.

Ketiga, ''Neka Woleng Wintuk” sebagai kesamaan karakter. Bagian terakhir dari goet ini melihat persamaan karakter sebagai sesuatu yang penting dalam persatuan masyarakat. Karkter setiap orang memang berbeda-beda tetapi sebagai bagaian dari kelompok orang manggarai karakter persatuan itu penting demi menjaga harmoni. Selain ''Nai Ca Anggit'' kesatuan nafas, ''Tuka Ca Leleng'' satu keturunan, kita juga harus memiliki sikap dan karakter yang sama. Hal demikian tercermin dalam kehidupan masyarakat Manggarai, yang memiliki karakter yang sama yaitu karakter gotong royong.

Hemat penulis goet ''Nai Ca Anggit Tuka Ca Leleng Neka Woleng Wintuk”' merupakan ungkapan atau petuah yang sangat penting untuk diterapkan dalam hidup masyarakat Manggarai. Pesan paling penting yang hendak kita pelajari dari goet ini adalah agar kita tidak mudah terpancing oleh pelbagai soal yang membuat kita berkonflik tanpa batas. Perbedaan pendapat, keyakinan dan pilihan politik itu penting tetapi semua itu harus membawa kita pada kebaikan bersama menciptakan masyarakat yang sejahtera dan harmonis.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rapat Persiapan Turnamen MKKS SMA Se-Matim di Colol: Ini Hasilnya

Turnamen Bola Voli dan Catur Antar SMA di Matim: Jelang Turnamen Ke Ngada

Kalah Dari Jara Moka, SMAN Plus Kopi Colol Gagal Ke Final Dengan SMAN 4 Borong